SANGGAR
SASTRA
LAPORAN
BACAAN
LIMA
SKRIPSI SASTRA
OLEH
INDRI
YULIANA
1005113104
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2012
1. Analisis
Struktur dan Peranan Cerita Randai Bujang Malang dalam Kehidupan Masyarakat
Kopah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantang Singingi.
Identitas Skripsi
Judul : Analisis Struktur
dan Peranan Cerita Randai Bujang Malang dalam Kehidupan Masyarakat Kopah
Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.
Penulis : Azwar
Jumlah
halaman : 62 halaman
Tempat
terbit : Pekanbaru
Tahun
terbit : 2004
Laporan Bacaan
Randai Bujang di
daerah Kopah Kecamatan Kuantan Tengah terdapat 5 masalah-masalah yaitu urutan
pelaksanaan cerita Randai Bujang,
struktur kata yang terkandung, peranan cerita Randai Bujang Malang, pandangan masyarakat Kopah dan nilai
pendidikan yang terkandung dalam cerita Randai
Bujang tersebut.
Cerita Randai Bujang Malang termasuk ke dalam salah
satu bentuk drama tradisional yang tidak hanya menyampaikan kaba tapi juga
terdapat syair. Namun yang paling terkenal dari Randai Rantau Kuantan adalah lawakan,tarian
dan nyanyian. Pertunjukan cerita Randai Malang memaka istilah perbabakan.
Cerita Randai Bujang tidak diceritakan dari awal sampai akhir tetapi perbabak.
Setiap babak ditandai dengan adanya pembacaan pantun oleh anak randai kemudian
diikuti nyanyian dan lawak.
Adapun
tahap-tahap cerita Randai Bujang Malang sebagai berikut:
1) Pembuka
Dalam bagian ini anak
randai membuka pertunjukan dengan berpantun.
2) Tahap
perkenalan
Kemudian anak randai
memperkenalkan diri namun sebelumnya dibuka diiringi dengan pantun terlebih
dahulu.
3) Babak
pertama
Cerita dimulai sampai
ke babak sepuluh dimana setiap babaknya ditandai dengan pembacaan pantun.
4) Babak
kedua
5) Babak
ketiga
6) Babak
keempat
7) Babak
kelima
8) Babak
keenam
9) Babak
ketujuh
10) Babak
kedelapan
11) Babak
kesembilan
12) Babak
kesepuluh
Cerita
Randai Bujang Malang memiliki unsur instrinsik yaitu:
·
Tema
Tema dari cerita randai
bujang malang tersebut adalah tentang bujang malang tersesat di hutan. Namun
menurut Azwar tema cerita randai bujang malang yaitu setiap permasalahan pasti
ada jalan keluarnya jika masalah tersebut diiringi dengan usaha yang
sungguh-sungguh. Menurut saya yang dikatakan tema oleh Azwar tersebut merupakan
sebuah amanat atau pesan dari cerita tersebut.
·
Alur
Alur cerita randai
bujang malang:
v Bujang
Malang berkeinginan untuk memancing di rimba Kukok.
v Diperjalanan
dia bertemu temannya Pandak dan Pandit.
v Mereka
memutuskan pergi bersama.
v Di
tengah rimba Bujang malang hilang
v Kemudian
Pandak dan Pandit pergi pulang dan mengabarkan kehilangan temannya dan salah
seorang masyarakat mengusulkan untuk minta tolong kepada seorang dukun.
v Dan
akhirnya Bujang Malangpun pulang.
·
Perwatakan
·
Amanat
·
Gaya bahasa
Randai
Bujang Malang ini memiliki pengaruh bagi masyarakat Kopah Kuantan Tengah yaitu
sebagai hiburan karena rata-rata masyarakat Kopah Tengah berstatus sebagai
petani, randai juga berfungsi sebagai alat pendidikan cerita randai
menceritakan kisah sehari-hari masyarakat setempat sehingga secara tak langsung
mengajarkan kepada masyarakat nilai pendidikan dari pengalaman kehidupan mereka
sendiri. Khusus cerita Randai Bujang Malang ini memberikan gambaran kepada
masyarakat bagaimana cara bekerja sama dan kepedulian.
2.
Studi
Deskriptif Terhadap Puisi Karya Afrizal Malna dalam Segantang Sastra.
Identitas Skripsi
Judul : Studi Deskripti
terhadap Puisi Karya Afrizal Malna dalam Segantang Sastra Penulis : Winda Saputri
Jumlah
halaman : 46 halaman
Tempat
terbit : Pekanbaru
Tahun
terbit : 1998
Laporan Bacaan
Pola persajakan dalam Segantang Sastra karya Afrizal
merupakan bentuk puisi modern. Dia tidak memperdulikan persamaan suku kata atau
jumlah kata yang seimbang.. sajak-sajak Afrizal mempunyai bentuk lain, namun
secara tegas dia memperlihatkan persamaan dasar sebagai penyair dalam
penggunaan segala bentuk kemungkinan puisi. Puisi-puisi Afrizal Malna termasuk
puisi kontemporer. Dia menggunakan baris-baris kata yang panjang hingga
membentuk sebuah kalimat dan paragraph. Pada umumnya sajak Afrizal menggunakan
symbol.
Pemakaian symbol pada puisinya menggunakan bahasa
yang umum namun dapat diartikan secara luas. Sajak-sajak Afrizal Malna termasuk
sajak yang gelap atau bersifat khas. Karyanya berhubungan langsung kepada
dirinya sebagai penyair dari sajak-sajak tersebut. Kenyataan sejarah
melatarbelakangi proses penciptaannya mempunyai peranan yang penting dalam
memberi makna dalam sajak tersebut. Puisi sering kali memotret zaman tertentu
dan akan menjadi refleksi zaman tertentu
pula. Jika berhadapan dengan sebuah sajak kita akan menghadapi pemikiran dari
seorang penyair.
Perhatikan
sajak HUJAN DI PAGI HARI di bawah ini:
Tidak seperti yang kita bayangkan,
dunia tinggal satu-satunya alas an untuk menjelaskan keadaan kita. Kata-kata
yang berlewatan tanpa memerlukan seseorang pembicarapun disitu. Kita menatap,
kaca dalam diri kita sendiri basah, seperti genangan air dari kisah-kisah
lampau yang tak lagi mengirim kabar, terbongkar dari ikatan-ikatannya. Semua
yang dibuat kemudian tak bia lagi menjadi alas an untuk menjelaskan hari-hari
kita, yang membacakan lagi kisahkisah bahwa kita bukan lagi pusat sejarahnya.
Kita mencium bau tubuh kita sendiri disitu, seperti mencium obat-obatan dan
mengusik lagi darah yang mengalir, bukan. Kita pernah membuat sebuah rumah,
sebuah dunia. Tetapi dengan merasa heran kita bertanya: ke mana kita harus
pulang? Segala yang bergerak diam-diam sedang mengubah dirinya sendiri, hanya
untuk menjelaskan kembali jalan-jalan yang pernah di lalui.
Sajak
di atas menceritakan masalah politik tahun 1987 di Indonesia mengenai
kemenangan golongan karya menduduki pemerintahan. Pengarang menilai
ketidaksesuaian antara golongan yang kuat dengan golongan yang lamah. Suara
rakyat tidak diperhatikan. Kaum lemah harus mempertahankan dirinya sendiri
untuk hidup. Dimana rakyat yang mengharapkan pertolongan namun malah
ketidakadilan yang malah di dapatnya. Jadi dapat dijelaskan dalam karya-karya
Afrizal Malna ada cerita-cerita yang menjadi inspirasi baginya. Serta bentuk
dari puisi ini memiliki perbedaan dengan puisi-puisi pada umumnya. Semua sajak
dalam Segantang Sastra ditulis dengan pola berbentuk pragraf oleh Afrizal
Malna.
3.
Analisis
Teks Nyanyian Rabab Kabupaten Padang Pariaman.
Identitas Skripsi
Judul : Analisis Teks
Nyanyian Rabab Kabupaten Padang Pariaman
Penulis : Wismeidy Ade
Jumlah
halaman : 58 halaman
Tempat
terbit : Pekanbaru
Tahun
terbit : 2004
Laporan Bacaan
Nyanyian rabab padang pariaman merupakan serangkaian
kesenian yang memiliki berbagai aspek permasalahan. Mulai dari sejarah,
struktur bentuk, nilai-nilai yang terkandung hingga jenis ragam bahasa yang
digunakan.
Rabab padang pariaman adalah salah satu bentuk
penceritaan kaba minangkabau berbentuk dendangan an diiringi oleh alat music
yang disebut rabab. Masyarakat pariaman yang hidup disekitar pantai saat
berkomunikasi terkesan keras. Tradisi penyampaian itu sendiri telah menjadi
petunjuk kerasnya watak mereka. Rabab padang pariaman sendiri menceritakan
citra masyarakat pantai tersebut. Dalam kata-kata yang klasik yang diceritakan
dalam nyanyian rabab seprti petualanganlaut dan penemuan sebuah pulau yang baru
adalah bagian yang sering diceritakan dalam rabab padang pariaman ini.
Cerita kaba yang diiringi sebuah alat music yang
disebut rabab. Bentuknya tradisional dan sederhana. Rabab dibuat dari bahan
yang biasa di kalangan masyarakat pantai seprti batok kelapa, bambu, senar tali
benang. Alat musik rabab jika tidak dipakai biasanya di letakkan di tempat yang
tinggi. Hal tersebut dikarenakan masyarakat mempercayai bahwa rabab adalah alat
musik surga.
Tukang rabab adalah sebutan bagi pemain alat musik
rabab. Tukang rabab di padang pariaman semuanya laki-laki. Hal ini dihubungkan
dengan agama masyarakat setempat yang mayoritas menganut islam. Bagi mereka
perempuan yang berdendang adalah sesuatu yang berbau negatif. Dari survey yang
dilakukan oleh Wismaini Ade di padang pariaman tercatat 10 tukang rabab yang
tersisa. Hampir punahnya kesenian rabab ini dikarenakan generasi sulit mengerti
maksud cerita rabab tersebut. Karena rabab Padang Pariaman disampaikan dengan
bahasa minangkabau dialek pariaman yang arkais dan konotatif.
Rabab padang pariaman dipertunjukan pada acara yang
bersifat tradisional seperti pernikahan, pengangkatan penghulu dan lain
sebagainya. Rabab Padang Pariaman dipertunjukkan dimalam hari. Tukang rabab
akan berdendang semalaman suntuk.
Teks rabab dapat dibagi dua yaitu dendang dan kaba.
Dendang adalah bahasanya berbentuk pantun sedangkan kaba berbentuk cerita.
Dalam pertunjukan alamiah rabab padang pariaman biasanya disampaikan secara
selang-seling.
Cerita rabab padang pariaman memiliki nilai moral antara
tukang rabab dengan pendengar. Isi cerita yang disampaikan berisikan
petunjuk-petunjuk menjalani hidup.
Contoh
kutipan nyanyian rabab:
Ari nan sadang tanga hari
Dari mangguang ka pasia borong
Baranti tantang ilia angko
Nan ibo bana dalam hati
Galapuang anyuik li basongsang
Galabuak lonsong ka muaro
Bahasa
Indonesianya:
Hari
yang sedang tengah hari
Dari
manggung ke pasir borong
Berhenti
tentang ilia angko
Yang
hiba benar dalam hati
Gelapung
hanyut orang sonsong
Gelabuk
terus hanyut ke muara
Gelapung adalah buah yang pohonnya biasa hidup di
pinggir sungai. Bila buahnya matang akan berwarna merah dan akan sering dimakan
oleh anak-anak. Sedangkan gelapuk tidak bias dimakan. Makna dari nyanyian rabab
tersebut adalah perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Orang kaya jika
memiliki masalah orang akan cepat membantunya sedangkan orang miskin sering
dibiarkan saja. Azas manfaat.
Nyanyian rabab padang pariaman memiliki nilai sastra
tersendiri. Karena memiliki kata-kata yang menyentuh hati. Bahasa daerah sangat
kental digunakan dalam rabab padang pariaman ini.
Tempat penelitian Kajian Rabab Pariaman dalam
masyarakat Minangkabau mencakup enam desa di daerah Padang Pariaman. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif denga menggunakan teknik observasi,
wawancara dan studi pustaka. Data penelitian bersumber langsung dari informan.
4.
Nilai
Budaya Pada Teks Penobatan Datuk Paduko Rajo di XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar.
Identitas Skripsi
Judul : Nilai Budaya pada
Teks Penobatan Datuk Paduko Rajo di Koto XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar
Penulis : Ningsih Dawati
Jumlah
halaman : 45 halaman
Tempat
terbit : Pekanbaru
Tahun
terbit : 2006
Laporan Bacaan
Masyarakat XIII Koto Kampar memiliki karya sastra
yang beranekaragam. Salah satu diantaranya adalah tradisi penobatan. Acara
penobatan merupakan suatu acara pengangkatan gelar untuk menjadi seorang
pemimpin dari masing-masing suku. Dalam upacara penobatan Datuk paduko rajo
yang dilaksanakan apabila dia sudah tidak mampu lagi menjalankan tugasnya
sebagai kepala suku atau bisa dilaksanakan sekali lima tahun tergantung
kesepakatan bersama. Penobatan datuk paduko rajo merupakan salah satu sastra
lisan yang memakai pantun sebagai alat komunikasi dalam acara tersebut.
Acara penobatan Datuk Paduko rajo termasuk sastra
lisan dengan menggunakan pantun, petatah-petitih serta ungkapan tradisional
sebagai alat komunikasi antara satu dengan yang lain yang berhubungan erat
dengan nilai, budi pekerti, serta moral bangsa. Nilai-nilai yang terdapat dalam
teks penobatan adat Datuk Paduko Rajo bukan hanya untuk dketahui saja, akan
tetapi untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan sikap, tingkah laku maupun
alam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam teks penobatan datuk paduko yaitu:
1. Nilai
agama
Masyarakat XIII Koto
Kampar dapat dikatakan semua aktifitasnya berpegang teguh kepada ajaran agama.
Dalampantun-pantuk yang digunakan dalam penobatan datuk paduko dapat kita lihat
bahwa kebiasaan beragama tersirat dengan jelas.
Perhatikan pantun
dibawah ini:
Mambai
salam ambo ka ulama
Alim
ulama nan sakitab
Kitapnyo
nyato dari Allah
Sunahlah
nyato dari nabi
Agamo
kito agamo islam
Bahasa indonesianya.
Memberi salam saya ke
ulama
Alim ulama yang sekitab
Kitab nyata dari Allah
Sunah nyata dari nabi
Agama kita agama islam
Maksud dari ungkapan
yang digunakan dalam penobatan datuk paduko ini adalah bahwasanya agama islam
itu bersumber dari Allah. Allah menyampaikan wahyunya lewat nabi dan dan alim
ulama yang meneruskannya hingga sekarang. Masyarakat koto Kampar yang mayoritas
penduduknya islam hidup berlandaskan wahyu Allah dan kitabullah.
2. Nilai
adat
Pada penobatan datuk
paduko di koto Kampar juga memiliki nilai adat. Adat yang menggambarkan tingkah
laku kehidupan masyarakat tersebut.
Misalnya pada pantun di
bawah ini :
Bighok-bighiok
tobang ka sasak
Daghi
sasak ka halaman
Daghi
niniok tuwun ka mamak
Gaghi
mamak ka kamanakan
Bahasa Indonesianya :
Burung belibis terbang
ke atap
Dari atap ke halaman
Dari ninik turun ke
mamak
Dari mamak ke kemenakan
Maksud dari pantun di
atas bahwasanya perangkat adat yang tidak dapat diwariskan kepada siapapun
kecuali hanya kelompok-kelompok tertentu. Hanya saja yang dapat mewariskan
kedudukan seorang datuk hanyalah keturunan yang di anggap mampu menjalankan
tugas-tugasnya sebagai kepala suku. Penobatan datu paduko dalam kehidupan
masyarakat koyo Kampar harus dihadiri semua orang. Agar terjadi musyawarah dan
mufakat. Masyarakat masih berpegang kepada hukum-hukum adat.
3. Nilai
tradisi
Nilai tradisi merupakan
nilai-nilai yang paling banyak mewarnai tingkah-laku kehidupan sosial
masyarakat terutama masyarakat desa. Nilai tradisi dalam hal ini menyangkut
kehidupan masyarakat dengan alam sekitar tempat tinggalnya.
Misalnya pada pantun:
Indaruong
ditongah padang
Ditutua
jatuo sadhan
Balindung
dikayu gadang
Terhindar
pane jo hujan
Bahasa indonesinya:
Ilalang ditengah padang
Ditebang jatuh
setangkai
Berlindung di kayu
besar
Terhindar panas dan
hujan
Maksudnya penghulu yang
baru dinobatkan hendaknya dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi
semua masyarakat dalam golongannya.
Skripsi ini diteliti
oleh Ningsih Dawati di XIII Koto Kampar juga menggunakan tinjauan pustaka
dengan motode penelitian deskriptif dan menggunakan teknik wawancara kepada
masyarakat Koto Kampar.
5.
Novel
Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif
Identitas Skripsi
Judul :
Novel Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif
Penulis : Ristina
Jumlah
halaman : 49 halaman
Tempat
terbit : Pekanbaru
Tahun
terbit : 1998
Laporan Bacaan
Bako adalah sebuah judul novel yang dikarang oleh
Darman Moenir. Novel Bako mengisahkan seorang tokoh Aku yang dibesarkan oleh
keluarga ayahnya. Kisah ini berlawanan dengan adat minangkabau yang biasanya seorang anak
dibesarkan oleh keluarga ibunya. Tokoh Aku mengalami cacat tubuh. Dalam skripsi
Ristina ini mengungkapkan permasalahan bagaimana unsur intrinsic berhubungan
dengan kehidupan pengarang.
Aku dalam novel Bako dibantu oleh tokoh Umi dalam
pendidikannya (Sekolah Seni Rupa Indonesia). Tokoh Aku dipanggil man oleh
tokoh-tokoh lainnya. Pengarang novel
Bako yaitu Darman Munir juga dipanggila “Man” oleh keluarga dan kerabat
lainnya. Tokoh-tokoh Bako sangat identik sekali dengan kehidupan pengarang.
Bukti dari segi pendidikan pengarang itu sendiri,
Man pernah mengikuti pendidikan pada salah satu disiplin ilmu yaitu setamat
SMA, Man mengikuti jenjang yang lebih tinggi ABA (Akademi Bahasa Asing) di
daerah P. Sangat cocok sekali dengan data yang tersaji pada cerita novel Bako
dengan pencerminan kehidupan pengarang (Darman Moenir).
Tokoh “Ibu” merupakan tokoh yang mengalami gangguan
kejiawaan, namun tidak dapt dipastikan apa penyebab gangguan kejiwaan tersebut.
Hal ini dapt disamakan dengan kehidupan pengarang itu sendiri, tak dapat
disangkal bahwa gangguan itu terjadi pada sang pengarang. Tokoh Aku yang
tinggal dirumah bako mengalami konflik yaitu ada nenek dari keluarga bakonya
yang tidak mau menerimanya. Kisah ini sama dengan penngalaman yang dilalui
pengarang. Jika dikaitkan, maka sangat dirasakan bahwa itu sebagai persoalan
kemanusiaan yang juga terjadi pada diri pengarang. Hal ini sangat mustahil
sekali bila seluruh yang terdapat dalam novel Bako memiliki kesamaan dengan
kehidupan pengarang. Hubungan tersebut memang ada dalam kehidupan pengarang,
baik hubungan ayah dengan tokoh Man, Umi adalah kakak ayah Bak Tuo, kakak
kandung ayah ibu itu sendiri memiliki pengalaman yang sama dengan kehidupan
keluarga Darman Moenir.
Berdasarkan analisis aspek terdahulu yaitu hubungan
tokoh antar tokoh dibuktikan memiliki hubungan dengan tokoh utama. Jiak dikaji
novel Bako dari segi hubungan alur dengan kehidupan pengarang, jelas ini
merupakan cerminan kehidupan pengarang yang dialami (Man) saat ayah menikah
dengan ibu dan pola menetap di pihak keluarga ayah yang merupakan bako dari Man
dan adik-adiknya. Ini merupakan suatu hal yang tidak lazim terjadi pada budaya
minangkabau, serta diantara kekerabatan pihak ayah yang tidak mau mengakui Man
sebagai cucu mereka dan sekaligus sebagi puta kampong mereka.
Jadi, jika dihubungkan antar tokoh, alur dan novel
Bako karya Darman Moenir adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pengarang
yang dapat dilacak kebenarannya. Novel Bako ini dianalisis dengan menggunakan
pendekatan Ekspresif oleh Ristina, dengan tinjauan studi pustaka.
KESIMPULAN
Dari
kelima skripsi yang penulis baca, maka dapat penulis simpulkan bahwa:
1. Skripsi
Analisis Struktur dan Peranan Cerita
Randai Bujang Malang dalam Kehidupan Masyarakat Kopah Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantang Singingi memiliki kesamaan dengan skripsi Analisis Teks Nyanyian Rabab Kabupaten
Padang Pariaman, Nilai Budaya Pada
Teks Penobatan Datuk Paduko Rajo di XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar serta Novel Bako Karya Darman Moenir suatu
Pendekatan Ekspresif. Kesamaan tersebut terletak pada cara penulis skripsi
mengolah sumber data, keempat sripsi tersebut ditulis berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam sunber data tersebut. Dalam skripsi analisis cerita
Randai Bujang diungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Randai
Bujang tersebut. Strukturnya hingga unsur instrinsiknya. Dalam skripsi analisis
Nyanyian Rabab juga membahas nilai-nilai yang terkandung dalam Teks Nyanyian
Rabab tersebut. Bagaimana nilai-nilai Nyanyian Rabab tersebut bagi masyarakat
sekitar. Pada skripsi Nilai Budaya pada Teks Penobatan Datuk Paduko sudah pasti
yang dibahans adalah nilai-nilai budaya yang terkandung pada Teks tersebut.
Serta skripsi Pendekatan Ekspresif Novel Bako juga mengupas hubungan novel
dengan pengarang melalui nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut.
2. Skripsi
Studi Deskriptif Terhadap Puisi Karya
Afrizal Malna dalam Segantang Sastra memiliki kesamaan dengan skripsi Novel
Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif. Kedua skripsi ini
sama-sama membahas bagaimana sebuah karya sastra itu ada, dalam skripsi Studi Deskriptif Terhadap Puisi Karya
Afrizal Malna dalam Segantang Sastra dibahas bagaimana Afrizal Malma
menulis sajak-sajaknya. Dari mana seorang Afrizal Malna mendapat inspirasi
terhadap puisi-puisinya. Sedangkan skripsi Novel
Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif membahas bagimana
hubungan sebuah novel denegan kehidupan pengarangnya.