Label

FEATURE (1)

Minggu, 05 Agustus 2012

LAPORAN BACAAN 5 SKRIPSI SASTRA


SANGGAR SASTRA
LAPORAN BACAAN
LIMA SKRIPSI SASTRA



OLEH
INDRI YULIANA
1005113104




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012


1.   Analisis Struktur dan Peranan Cerita Randai Bujang Malang dalam Kehidupan Masyarakat Kopah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantang Singingi.

Identitas Skripsi
Judul                           : Analisis Struktur dan Peranan Cerita Randai Bujang Malang dalam Kehidupan Masyarakat Kopah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.
Penulis                        :  Azwar
Jumlah halaman           :  62 halaman
Tempat terbit               :  Pekanbaru
Tahun terbit                 :  2004

Laporan Bacaan
Randai Bujang di daerah Kopah Kecamatan Kuantan Tengah terdapat 5 masalah-masalah yaitu urutan pelaksanaan cerita Randai Bujang, struktur kata yang terkandung, peranan cerita Randai Bujang Malang, pandangan masyarakat Kopah dan nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita Randai Bujang tersebut.
Cerita Randai Bujang Malang termasuk ke dalam salah satu bentuk drama tradisional yang tidak hanya menyampaikan kaba tapi juga terdapat syair. Namun yang paling terkenal dari Randai Rantau Kuantan adalah lawakan,tarian dan nyanyian. Pertunjukan cerita Randai Malang memaka istilah perbabakan. Cerita Randai Bujang tidak diceritakan dari awal sampai akhir tetapi perbabak. Setiap babak ditandai dengan adanya pembacaan pantun oleh anak randai kemudian diikuti nyanyian dan lawak.

Adapun tahap-tahap cerita Randai Bujang Malang sebagai berikut:
1)      Pembuka
Dalam bagian ini anak randai membuka pertunjukan dengan berpantun.
2)      Tahap perkenalan
Kemudian anak randai memperkenalkan diri namun sebelumnya dibuka diiringi dengan pantun terlebih dahulu.
3)      Babak pertama
Cerita dimulai sampai ke babak sepuluh dimana setiap babaknya ditandai dengan pembacaan pantun.
4)      Babak kedua
5)      Babak ketiga
6)      Babak keempat
7)      Babak kelima
8)      Babak keenam
9)      Babak ketujuh
10)  Babak kedelapan
11)  Babak kesembilan
12)  Babak kesepuluh
Cerita Randai Bujang Malang memiliki unsur instrinsik yaitu:
·         Tema
Tema dari cerita randai bujang malang tersebut adalah tentang bujang malang tersesat di hutan. Namun menurut Azwar tema cerita randai bujang malang yaitu setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya jika masalah tersebut diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh. Menurut saya yang dikatakan tema oleh Azwar tersebut merupakan sebuah amanat atau pesan dari cerita tersebut.
·         Alur
Alur cerita randai bujang malang:
v  Bujang Malang berkeinginan untuk memancing di rimba Kukok.
v  Diperjalanan dia bertemu temannya Pandak dan Pandit.
v  Mereka memutuskan pergi bersama.
v  Di tengah rimba Bujang malang hilang
v  Kemudian Pandak dan Pandit pergi pulang dan mengabarkan kehilangan temannya dan salah seorang masyarakat mengusulkan untuk minta tolong kepada seorang dukun.
v  Dan akhirnya Bujang Malangpun pulang.
·         Perwatakan
·         Amanat
·         Gaya bahasa

           Randai Bujang Malang ini memiliki pengaruh bagi masyarakat Kopah Kuantan Tengah yaitu sebagai hiburan karena rata-rata masyarakat Kopah Tengah berstatus sebagai petani, randai juga berfungsi sebagai alat pendidikan cerita randai menceritakan kisah sehari-hari masyarakat setempat sehingga secara tak langsung mengajarkan kepada masyarakat nilai pendidikan dari pengalaman kehidupan mereka sendiri. Khusus cerita Randai Bujang Malang ini memberikan gambaran kepada masyarakat bagaimana cara bekerja sama dan kepedulian.

2.      Studi Deskriptif Terhadap Puisi Karya Afrizal Malna dalam Segantang Sastra.

Identitas Skripsi 
Judul            : Studi Deskripti terhadap Puisi Karya Afrizal Malna dalam Segantang Sastra Penulis                        :  Winda Saputri
Jumlah halaman           :  46 halaman
Tempat terbit               :  Pekanbaru
Tahun terbit                 :  1998

Laporan Bacaan
Pola persajakan dalam Segantang Sastra karya Afrizal merupakan bentuk puisi modern. Dia tidak memperdulikan persamaan suku kata atau jumlah kata yang seimbang.. sajak-sajak Afrizal mempunyai bentuk lain, namun secara tegas dia memperlihatkan persamaan dasar sebagai penyair dalam penggunaan segala bentuk kemungkinan puisi. Puisi-puisi Afrizal Malna termasuk puisi kontemporer. Dia menggunakan baris-baris kata yang panjang hingga membentuk sebuah kalimat dan paragraph. Pada umumnya sajak Afrizal menggunakan symbol.
Pemakaian symbol pada puisinya menggunakan bahasa yang umum namun dapat diartikan secara luas. Sajak-sajak Afrizal Malna termasuk sajak yang gelap atau bersifat khas. Karyanya berhubungan langsung kepada dirinya sebagai penyair dari sajak-sajak tersebut. Kenyataan sejarah melatarbelakangi proses penciptaannya mempunyai peranan yang penting dalam memberi makna dalam sajak tersebut. Puisi sering kali memotret zaman tertentu dan akan menjadi refleksi  zaman tertentu pula. Jika berhadapan dengan sebuah sajak kita akan menghadapi pemikiran dari seorang penyair.

Perhatikan sajak HUJAN DI PAGI HARI di bawah ini:
Tidak seperti yang kita bayangkan, dunia tinggal satu-satunya alas an untuk menjelaskan keadaan kita. Kata-kata yang berlewatan tanpa memerlukan seseorang pembicarapun disitu. Kita menatap, kaca dalam diri kita sendiri basah, seperti genangan air dari kisah-kisah lampau yang tak lagi mengirim kabar, terbongkar dari ikatan-ikatannya. Semua yang dibuat kemudian tak bia lagi menjadi alas an untuk menjelaskan hari-hari kita, yang membacakan lagi kisahkisah bahwa kita bukan lagi pusat sejarahnya. Kita mencium bau tubuh kita sendiri disitu, seperti mencium obat-obatan dan mengusik lagi darah yang mengalir, bukan. Kita pernah membuat sebuah rumah, sebuah dunia. Tetapi dengan merasa heran kita bertanya: ke mana kita harus pulang? Segala yang bergerak diam-diam sedang mengubah dirinya sendiri, hanya untuk menjelaskan kembali jalan-jalan yang pernah di lalui.

Sajak di atas menceritakan masalah politik tahun 1987 di Indonesia mengenai kemenangan golongan karya menduduki pemerintahan. Pengarang menilai ketidaksesuaian antara golongan yang kuat dengan golongan yang lamah. Suara rakyat tidak diperhatikan. Kaum lemah harus mempertahankan dirinya sendiri untuk hidup. Dimana rakyat yang mengharapkan pertolongan namun malah ketidakadilan yang malah di dapatnya. Jadi dapat dijelaskan dalam karya-karya Afrizal Malna ada cerita-cerita yang menjadi inspirasi baginya. Serta bentuk dari puisi ini memiliki perbedaan dengan puisi-puisi pada umumnya. Semua sajak dalam Segantang Sastra ditulis dengan pola berbentuk pragraf oleh Afrizal Malna.

3.      Analisis Teks Nyanyian Rabab Kabupaten Padang Pariaman.

Identitas Skripsi 
 Judul                          : Analisis Teks Nyanyian Rabab Kabupaten Padang Pariaman 
Penulis                        :  Wismeidy Ade
Jumlah halaman           :  58 halaman
Tempat terbit               :  Pekanbaru
Tahun terbit                 :  2004

Laporan Bacaan
Nyanyian rabab padang pariaman merupakan serangkaian kesenian yang memiliki berbagai aspek permasalahan. Mulai dari sejarah, struktur bentuk, nilai-nilai yang terkandung hingga jenis ragam bahasa yang digunakan.
Rabab padang pariaman adalah salah satu bentuk penceritaan kaba minangkabau berbentuk dendangan an diiringi oleh alat music yang disebut rabab. Masyarakat pariaman yang hidup disekitar pantai saat berkomunikasi terkesan keras. Tradisi penyampaian itu sendiri telah menjadi petunjuk kerasnya watak mereka. Rabab padang pariaman sendiri menceritakan citra masyarakat pantai tersebut. Dalam kata-kata yang klasik yang diceritakan dalam nyanyian rabab seprti petualanganlaut dan penemuan sebuah pulau yang baru adalah bagian yang sering diceritakan dalam rabab padang pariaman ini.
Cerita kaba yang diiringi sebuah alat music yang disebut rabab. Bentuknya tradisional dan sederhana. Rabab dibuat dari bahan yang biasa di kalangan masyarakat pantai seprti batok kelapa, bambu, senar tali benang. Alat musik rabab jika tidak dipakai biasanya di letakkan di tempat yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan masyarakat mempercayai bahwa rabab adalah alat musik surga.
Tukang rabab adalah sebutan bagi pemain alat musik rabab. Tukang rabab di padang pariaman semuanya laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan agama masyarakat setempat yang mayoritas menganut islam. Bagi mereka perempuan yang berdendang adalah sesuatu yang berbau negatif. Dari survey yang dilakukan oleh Wismaini Ade di padang pariaman tercatat 10 tukang rabab yang tersisa. Hampir punahnya kesenian rabab ini dikarenakan generasi sulit mengerti maksud cerita rabab tersebut. Karena rabab Padang Pariaman disampaikan dengan bahasa minangkabau dialek pariaman yang arkais dan konotatif.
Rabab padang pariaman dipertunjukan pada acara yang bersifat tradisional seperti pernikahan, pengangkatan penghulu dan lain sebagainya. Rabab Padang Pariaman dipertunjukkan dimalam hari. Tukang rabab akan berdendang semalaman suntuk.
Teks rabab dapat dibagi dua yaitu dendang dan kaba. Dendang adalah bahasanya berbentuk pantun sedangkan kaba berbentuk cerita. Dalam pertunjukan alamiah rabab padang pariaman biasanya disampaikan secara selang-seling.
Cerita rabab padang pariaman memiliki nilai moral antara tukang rabab dengan pendengar. Isi cerita yang disampaikan berisikan petunjuk-petunjuk menjalani hidup.
Contoh kutipan nyanyian rabab:
Ari nan sadang tanga hari
Dari mangguang ka pasia borong
Baranti tantang ilia angko
Nan ibo bana dalam hati
Galapuang anyuik li basongsang
Galabuak lonsong ka muaro

Bahasa Indonesianya:
Hari yang sedang tengah hari
Dari manggung ke pasir borong
Berhenti tentang ilia angko
Yang hiba benar dalam hati
Gelapung hanyut orang sonsong
Gelabuk terus hanyut ke muara

Gelapung adalah buah yang pohonnya biasa hidup di pinggir sungai. Bila buahnya matang akan berwarna merah dan akan sering dimakan oleh anak-anak. Sedangkan gelapuk tidak bias dimakan. Makna dari nyanyian rabab tersebut adalah perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Orang kaya jika memiliki masalah orang akan cepat membantunya sedangkan orang miskin sering dibiarkan saja. Azas manfaat.

Nyanyian rabab padang pariaman memiliki nilai sastra tersendiri. Karena memiliki kata-kata yang menyentuh hati. Bahasa daerah sangat kental digunakan dalam rabab padang pariaman ini.
Tempat penelitian Kajian Rabab Pariaman dalam masyarakat Minangkabau mencakup enam desa di daerah Padang Pariaman. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif denga menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi pustaka. Data penelitian bersumber langsung dari informan.

4.      Nilai Budaya Pada Teks Penobatan Datuk Paduko Rajo di XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.

Identitas Skripsi
Judul                          : Nilai Budaya pada Teks Penobatan Datuk Paduko Rajo di Koto XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar
Penulis                        :  Ningsih Dawati
Jumlah halaman           :  45 halaman
Tempat terbit               :  Pekanbaru
Tahun terbit                 :  2006

Laporan Bacaan
Masyarakat XIII Koto Kampar memiliki karya sastra yang beranekaragam. Salah satu diantaranya adalah tradisi penobatan. Acara penobatan merupakan suatu acara pengangkatan gelar untuk menjadi seorang pemimpin dari masing-masing suku. Dalam upacara penobatan Datuk paduko rajo yang dilaksanakan apabila dia sudah tidak mampu lagi menjalankan tugasnya sebagai kepala suku atau bisa dilaksanakan sekali lima tahun tergantung kesepakatan bersama. Penobatan datuk paduko rajo merupakan salah satu sastra lisan yang memakai pantun sebagai alat komunikasi dalam acara tersebut.
Acara penobatan Datuk Paduko rajo termasuk sastra lisan dengan menggunakan pantun, petatah-petitih serta ungkapan tradisional sebagai alat komunikasi antara satu dengan yang lain yang berhubungan erat dengan nilai, budi pekerti, serta moral bangsa. Nilai-nilai yang terdapat dalam teks penobatan adat Datuk Paduko Rajo bukan hanya untuk dketahui saja, akan tetapi untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan sikap, tingkah laku maupun alam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam teks penobatan datuk paduko yaitu:
1.      Nilai agama
Masyarakat XIII Koto Kampar dapat dikatakan semua aktifitasnya berpegang teguh kepada ajaran agama. Dalampantun-pantuk yang digunakan dalam penobatan datuk paduko dapat kita lihat bahwa kebiasaan beragama tersirat dengan jelas.
Perhatikan pantun dibawah ini:
Mambai salam ambo ka ulama
Alim ulama nan sakitab
Kitapnyo nyato dari Allah
Sunahlah nyato dari nabi
Agamo kito agamo islam

Bahasa indonesianya.
Memberi salam saya ke ulama
Alim ulama yang sekitab
Kitab nyata dari Allah
Sunah nyata dari nabi
Agama kita agama islam

Maksud dari ungkapan yang digunakan dalam penobatan datuk paduko ini adalah bahwasanya agama islam itu bersumber dari Allah. Allah menyampaikan wahyunya lewat nabi dan dan alim ulama yang meneruskannya hingga sekarang. Masyarakat koto Kampar yang mayoritas penduduknya islam hidup berlandaskan wahyu Allah dan kitabullah.

2.      Nilai adat
Pada penobatan datuk paduko di koto Kampar juga memiliki nilai adat. Adat yang menggambarkan tingkah laku kehidupan masyarakat tersebut.
Misalnya pada pantun di bawah ini :
Bighok-bighiok tobang ka sasak
Daghi sasak ka halaman
Daghi niniok tuwun ka mamak
Gaghi mamak ka kamanakan

Bahasa Indonesianya :
Burung belibis terbang ke  atap
Dari atap ke halaman
Dari ninik turun ke mamak
Dari mamak ke kemenakan

Maksud dari pantun di atas bahwasanya perangkat adat yang tidak dapat diwariskan kepada siapapun kecuali hanya kelompok-kelompok tertentu. Hanya saja yang dapat mewariskan kedudukan seorang datuk hanyalah keturunan yang di anggap mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai kepala suku. Penobatan datu paduko dalam kehidupan masyarakat koyo Kampar harus dihadiri semua orang. Agar terjadi musyawarah dan mufakat. Masyarakat masih berpegang kepada hukum-hukum adat.

3.      Nilai tradisi
Nilai tradisi merupakan nilai-nilai yang paling banyak mewarnai tingkah-laku kehidupan sosial masyarakat terutama masyarakat desa. Nilai tradisi dalam hal ini menyangkut kehidupan masyarakat dengan alam sekitar tempat tinggalnya.
Misalnya pada pantun:
Indaruong ditongah padang
Ditutua jatuo sadhan
Balindung dikayu gadang
Terhindar pane jo hujan

Bahasa indonesinya:
Ilalang ditengah padang
Ditebang jatuh setangkai
Berlindung di kayu besar
Terhindar panas dan hujan

Maksudnya penghulu yang baru dinobatkan hendaknya dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi semua masyarakat dalam golongannya.
Skripsi ini diteliti oleh Ningsih Dawati di XIII Koto Kampar juga menggunakan tinjauan pustaka dengan motode penelitian deskriptif dan menggunakan teknik wawancara kepada masyarakat Koto Kampar.

5.      Novel Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif

Identitas Skripsi
Judul                           : Novel Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif
Penulis                         : Ristina
Jumlah halaman           : 49 halaman
Tempat terbit               : Pekanbaru
Tahun terbit                 : 1998

Laporan Bacaan
Bako adalah sebuah judul novel yang dikarang oleh Darman Moenir. Novel Bako mengisahkan seorang tokoh Aku yang dibesarkan oleh keluarga ayahnya. Kisah ini berlawanan dengan  adat minangkabau yang biasanya seorang anak dibesarkan oleh keluarga ibunya. Tokoh Aku mengalami cacat tubuh. Dalam skripsi Ristina ini mengungkapkan permasalahan bagaimana unsur intrinsic berhubungan dengan kehidupan pengarang.
Aku dalam novel Bako dibantu oleh tokoh Umi dalam pendidikannya (Sekolah Seni Rupa Indonesia). Tokoh Aku dipanggil man oleh tokoh-tokoh lainnya. Pengarang novel  Bako yaitu Darman Munir juga dipanggila “Man” oleh keluarga dan kerabat lainnya. Tokoh-tokoh Bako sangat identik sekali dengan kehidupan pengarang.
Bukti dari segi pendidikan pengarang itu sendiri, Man pernah mengikuti pendidikan pada salah satu disiplin ilmu yaitu setamat SMA, Man mengikuti jenjang yang lebih tinggi ABA (Akademi Bahasa Asing) di daerah P. Sangat cocok sekali dengan data yang tersaji pada cerita novel Bako dengan pencerminan kehidupan pengarang (Darman Moenir).
Tokoh “Ibu” merupakan tokoh yang mengalami gangguan kejiawaan, namun tidak dapt dipastikan apa penyebab gangguan kejiwaan tersebut. Hal ini dapt disamakan dengan kehidupan pengarang itu sendiri, tak dapat disangkal bahwa gangguan itu terjadi pada sang pengarang. Tokoh Aku yang tinggal dirumah bako mengalami konflik yaitu ada nenek dari keluarga bakonya yang tidak mau menerimanya. Kisah ini sama dengan penngalaman yang dilalui pengarang. Jika dikaitkan, maka sangat dirasakan bahwa itu sebagai persoalan kemanusiaan yang juga terjadi pada diri pengarang. Hal ini sangat mustahil sekali bila seluruh yang terdapat dalam novel Bako memiliki kesamaan dengan kehidupan pengarang. Hubungan tersebut memang ada dalam kehidupan pengarang, baik hubungan ayah dengan tokoh Man, Umi adalah kakak ayah Bak Tuo, kakak kandung ayah ibu itu sendiri memiliki pengalaman yang sama dengan kehidupan keluarga Darman Moenir.
Berdasarkan analisis aspek terdahulu yaitu hubungan tokoh antar tokoh dibuktikan memiliki hubungan dengan tokoh utama. Jiak dikaji novel Bako dari segi hubungan alur dengan kehidupan pengarang, jelas ini merupakan cerminan kehidupan pengarang yang dialami (Man) saat ayah menikah dengan ibu dan pola menetap di pihak keluarga ayah yang merupakan bako dari Man dan adik-adiknya. Ini merupakan suatu hal yang tidak lazim terjadi pada budaya minangkabau, serta diantara kekerabatan pihak ayah yang tidak mau mengakui Man sebagai cucu mereka dan sekaligus sebagi puta kampong mereka.
Jadi, jika dihubungkan antar tokoh, alur dan novel Bako karya Darman Moenir adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pengarang yang dapat dilacak kebenarannya. Novel Bako ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan Ekspresif oleh Ristina, dengan tinjauan studi pustaka.

KESIMPULAN
Dari kelima skripsi yang penulis baca, maka dapat penulis simpulkan bahwa:
1.      Skripsi Analisis Struktur dan Peranan Cerita Randai Bujang Malang dalam Kehidupan Masyarakat Kopah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantang Singingi memiliki kesamaan dengan skripsi Analisis Teks Nyanyian Rabab Kabupaten Padang Pariaman, Nilai Budaya Pada Teks Penobatan Datuk Paduko Rajo di XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar serta Novel Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif. Kesamaan tersebut terletak pada cara penulis skripsi mengolah sumber data, keempat sripsi tersebut ditulis berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sunber data tersebut. Dalam skripsi analisis cerita Randai Bujang diungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Randai Bujang tersebut. Strukturnya hingga unsur instrinsiknya. Dalam skripsi analisis Nyanyian Rabab juga membahas nilai-nilai yang terkandung dalam Teks Nyanyian Rabab tersebut. Bagaimana nilai-nilai Nyanyian Rabab tersebut bagi masyarakat sekitar. Pada skripsi Nilai Budaya pada Teks Penobatan Datuk Paduko sudah pasti yang dibahans adalah nilai-nilai budaya yang terkandung pada Teks tersebut. Serta skripsi Pendekatan Ekspresif Novel Bako juga mengupas hubungan novel dengan pengarang melalui nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut.
2.      Skripsi Studi Deskriptif Terhadap Puisi Karya Afrizal Malna dalam Segantang Sastra memiliki kesamaan dengan skripsi Novel Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif. Kedua skripsi ini sama-sama membahas bagaimana sebuah karya sastra itu ada, dalam skripsi Studi Deskriptif Terhadap Puisi Karya Afrizal Malna dalam Segantang Sastra dibahas bagaimana Afrizal Malma menulis sajak-sajaknya. Dari mana seorang Afrizal Malna mendapat inspirasi terhadap puisi-puisinya. Sedangkan skripsi Novel Bako Karya Darman Moenir suatu Pendekatan Ekspresif membahas bagimana hubungan sebuah novel denegan kehidupan pengarangnya.