Label

FEATURE (1)

Minggu, 24 Juni 2012

FONOLOGI


LAPORAN BACAAN


SISTEM TOPOLOGI
 SISTEM KONSONAN








OLEH :
INDRI YULIANA
1005113104






PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010

IDENTITAS BUKU

Judul Asli Buku              : Phonology
Pengarang                      : Roger Lass
Penerbit asli                   : Cambridge University Press
Tahun terbit                    : 1984
Penerjemah                    : Drs. Warsono, MA. Dkk
Pendamping                   : Dr. Retmono
Penerbit                         : IKIP Semarang Press
Tahun                             : 1991
Jumlah halaman              : xxi +  419 halaman
Tebal buku                     : 1 cm
Panjang buku                 : 21 cm
Lebar buku                    : 14 cm
Warna sampul                : Merah

Sistem Tipologi
Sistem Konsonan

Definisi topologi:
  • Abstraksi geometri dimana konsep jarak absolut dibuang, dan kita melihat sub himpunan geometri tak gayut ukuran, bentuk atau lokasi.
  • Studi dasar-dasar teoritik himpunan untuk konsep fungsi kontinu.
  • Studi himpunan yang memiliki beberapa ide "kedekatan" titik yang ditetapkan.

Topologi berkenaan dengan studi sifat-sifat topologi dari bentuk, yakni sifat yang tidak berubah dalam transformasi bikontinu satu-satu (disebut homeomorphisme).
Dua bentuk dapat dideformasi dari satu menjadi yang lain disebut homeomorphis, dan dipandang sama dari tinjauan topologi. Sebagai contoh, kubus padat dan bola padat adalah homeomorphis.
Akan tetapi, tidaklah mungkin untuk mendeformasi bola menjadi lingkaran oleh transformasi bikontinu satu-satu. Dimensi adalah sifat topologi. Dalam makna, sifat topologi adalah sifat bentuk yang lebih mendalam.
Dalam laporan bacaan ini akan membahas konsonan secara sistem topologi atau secara mendalam mulai dari bunyi hentian sampai bunyi sengau.


Obstruen
1.Bunyi-hentian

Masalah pembagian konsonan jelas lebih banyak daripada vokal. Terlepas dari rentang ukuran jumlah yang jauh lebih besar , terdapat pula parameter kontrasan yang lebih banyak. Dibandingkan dengan, 4 atau 5 ketinggian vokal, tiga tingkat pembelakangan, dua macam posisi bibir, kepanjangan vokal, diftongisasi, nasalisasi; di sini kita dihadapkan pada masalah utama mengenai perbedaan obstruen dengan sonoran, paling tidak tiga derajat penyempitan, dua jenis bunyi luncuran, aspirasi, (secara konservatif) dua belas tempat artikulasi, apikal dengan laminal, artikulasi sekunder clan ganda, paling tidak 4 posisi glotal dan 4 aliran udara, nasalitas, lateralitas, bunyi getar dengan bunyi ketukan dan seterusnya. Dan semua ini berinteraksi dalam cara yang sedemikian kompleks, dan rentang pilihannya begitu besar, yang menjadikan bagan-bagan klasifikasi yang retatif kasar seperti terurai dalam § 7.5.3 tidak memadai. 

Tetapi kita bisa memaparkan secara garis besar suatu prosedur 'pilihan' untuk menyusun sistem konsonan, dari yang paling sedikit sampai ke yang paling banyak, dan mengamati beberapa rampatan yang ada.

Semua bahasa memiliki obstruen. Sistem yang kecil biasanya mencakup paling sedikit, dua bunyi hambat oral pulomonik dari perangkat 'utama' /p t k/,dengan salah satu unsur dari perangkat ini atau /?/. Dengan demikian bentuk paling sederhana yang kita ketahui adalah:
                                   Hawaii    p        k                ?     
                                   Maori      p        t        k

Pilihan berikutnya adalah dengan menambahkan satu posisi 'antara' yang biasanya dengan posisi artikulasi palatal.

Dalam hal ini, dengan menggunakan istilah Hockett (1955), kita memandang 'bunyi afrikat sebagai posisi': /tj/ jelas terletak 'antara /t/ dan /k/'. Gambarannya tidak begitu jelas bilamana ancang-ancang bunyi hambat dari suatu afrikat yang juga terdapat dalam sistem itu. Jika suatu bahasa memiliki IU dan /ts/, apakah /ts/ termasuk 'posisi' atau 'cara'? Dalam contoh-contoh di bawah ini, jika /ts/ kontras dertgan /x/, kita akan menganggap ini sebagai posisi (alveolar); dalam bentuk /t/ dan /ts/, kita akan menganggap afrikat itu masuk dalam suatu subsistem yang lain.

Terdapat juga beberapa sistem dengan kontras bunyi tak bersuara /diaspirasikan saja, meskipun analisis ini sebagian besar menimbulkan perdebatan.

Dalam ragam sastra, kelompok yang tidak diaspirasikan, dan seterusnya. (Misalnya bunyi hentian tak bersuara'pelenisan': tetapi bunyi-bunyi itu terdengar seperti bunyi tak bersuara semata-mata dalam telinga). Ini mungkin merupakan kelemahan ortografik yang juga merupakan cermin dari kenyataan bahasa kontras aspirasi sebetulnya tidak ada dalam bahasa Jermania: perlu diketahui bahwa seri yang tidak diaspirasikan ditulis dengan b, d, gj, g.

Dengan kontras suara yang sederhana, terdapat kemungkinan yang banyak sekali. Kita dapati sistem simetrikal dan asimetrikal dengan berbagai ukuran-dalam kasus yang tersebut kemudian terdapat satu atau lebih segmen yang bersuara hilang lebih sering daripada yang tidak bersuara. Sejumlah jenis antara lain:
   
 P   t   k             p   t   k                   t   k
      D                         g              b   d
Sentani             rotokas              chaeve

P    t    k             p   t   t∫  k        p   t   t∫   k
B   d   g              p   t  dз g        pf  ts
                                                 B   d       g
Prancis              inggris             jerman ( baku )

P   t    k    ?           p   t   t∫   k   g        p   t        t∫   k   ?
     Ts                    b   d   j   g             b   d    d     g
Chamoro               yugakir                  papgo

Kita dapat juga bisa menambahkan aspirasi, atau aspirasi dengan suara embusan.
Modifikasi lebih lanjut bisa meliputi- artikulasi bunyi hentian rangkap, prenasalisasi, dan bunyi-bunyi ingresif velarik (bunyi ceklik), yang mana mereka bisa juga mengalami modifikasi sekunder, misalnya aspirasi, hambatan bunyi. hentian yang serempak, suara embus, dan lain-lain.

Dimensi kontras selanjutnya adalah panjang bunyi: yang kita dapati, misalnya, dengan aspirasi dan bersuara embus dalam ragam- ragam bahasa Kannada.Sistem yang sangat luas dan mencakup kontras yang langka dari ejektif pendek dengan ejektif panjang dan afrikat lateral letup. Dan kita bisa menambah penyempitan-penyempitan sekunder; yang paling umum adalah labialisasi dan palatalisasi, meskipun faringalisasi, uvularisasi, dan lain-lain juga ada.


      Sejauh ini, semua sistem, bagaimanapun bentuknya, memiliki bunyi-bunyi labial. Sistem yang tidak memiliki bunyi ini juga ada, meskipun jarang, dan secara genetikal maupun geografikal terbatas. Hal yang paling khas terdapa pada bahasa-bahasa di bagian barat laut Amerika Serikat.


Obstruen
2.Bunyi frikatif

Secara implikasional, bunyi frikatif adalah kategori sekunder: suatu sampel yang diteliti olah Nartey (1979) menunjukkan adanya 21 bahasa yang samasekali tidak memiliki frikatif. Biasanya terdapat kurang sedikit frikatif dalam satu sistem-biasanya jauh kurang daripada bunyi hambatan.

Jika hanya satu frikatif yang harus ditambahkan pada sistem bunyi hentian dasar, akan terdapat pilihan linguistik silang yang kuat dari /s/; dari 36 bahasa dengan satu frikatif yang diteliti Nartey, 30 memiliki /s/ dan 2 masing-masir memitiki hanya /β/, hanya /f/ atau hanya /γ/. Dari sistem yang memiliki lebih dari satu frikatif, hanya beberapa yang tidak memiliki /s/.

Jadi tipe 'dasar' frikatif adalah sibilan koronal anterior. Jadi sekaral kita memiliki sesuatu yang seperti 'archetype' minimal sistem obstruen yaitu /ptks/.
Kita bisa memperoleh suatu gambaran tentang hubungan sistem frikatif dan bunyi hentian jika kita melihat pada frikatif yang berkorelasi dengan khasanah bunyi hambat di bagian depan.Banyak daripada frikatif, atau antara posisi artikulasi. Beberapa sistem sangat simetrikal, sedang sistem lainnya agak asimetrikal.

Bila sistem semakin besar, pola-polanya~menjadi semakin kompleks; kita dapati frikatif pada posisi yang tidak berpadanan dengan bunyi hentian, semacam asimetri bunyi yang bersuara/tak bersuara atau 'kesenjangan' kita temui pada bunyi hentian.

Artikulasi sekunder, kontras panjangnya, dan pilihan aliran udara juga terdapat dalam frikatif. Hal ini jarang dijumpai pada sistem yang lebih kecit tetapi pada sistem yang besar dalam bahasa Kaukasia kelihatan menonjol.Di sini, dengan adanya frikatif yang ditambahkan, terdapat posisi baru yang sebelumnya tidak ada: faringal, dengan yang bersuara dan tidak bersuara. Tanpa artikulasi sekunder sekalipun, hal tersebut menjadikan Khasanah frikatif menjadi 17.

3.Beberapa rampatan mengenai obstruen
         
            Menurut Nartey kita bisa menyimpulkan secara implikatif mengenai struktur system obstruen. Obstruen adalah bunyi hentian bersuara atau bunyi bukan resonan.
  1. Rata-rata bahasa memiliki paling tidak tiga sederhana, yang paling umum /ptk/.
  2. Jika suatu bahasa mempunyai satu afrikatif, biasanya bahasa-itu juga mempunyai paling tidak 3 bunyi hentian sederhana.
  3. Jika hanya terdapat satu afrikat, ini biasanya kemungkinan besar /t∫/.
  4. Jumlah bunyi hentian tak bersuara biasanya lebih besar daripada bunyi hentian bersuara, tetapi bisa juga sama.
  5. Jumlah afrikat lebih kecil daripada jumlah bunyi hentian.
  1. Suatu bahasa biasanya sangat kecil kemungkinannya memiliki bunyi hentian 'sekunder' (yaitu dikartikulasikan, rangkap, non- pulmonik, diaspirasikan, dan seterusnya) jika bahasa itu tidak memiliki bunyi hentian, polos 'primer' bersuara atau takbersuara.
  2. Suatu bahasa mungkin sekali memiliki paling tidak satu frikatif polos.
  3. Jika suatu bahasa hanya memiliki satu frikatif, kemungkinan terbesar adalah /s/, dan kemungkinan berikutnya /f/.
  4. Jumlah frikatif tak bersuara biasanya lebih besar daripada yang bersuara dan kelihatannya terhadap hubungan implikasional antara frikatif bersuara dcngan pasangannya yang tak bersuara. Pernyataan yang disebut kemudian ini nampaknya lebih lemah dibanding dengan pernyataan sebelumnya, dan lebih benar untuk frikatif daripada,untuk bunyi hentian.
  5. Jumlah frikatif mungkin tidak lebih besar daripada jumlah bunyi hentian.
  6. Tidak ada bahasa yang memiliki frikatif sekunder tanpa memiliki frikatif primer, dan jumlah frikatif primer melebihi jumlah frikatif sekunder.

Terdapat juga jenjang frekuensi linguistik lintas posisi artikulasi bunyi hentian (yang berbeda bagi afrikat dan bunyi hentian sederhana) serta frikatif. Sesuai dengan perhitungan Nartey, mereka tampak sebagai berikut:
( X> Y =  X lebih sering ditemui dalam berbagai bahasa daripada Y )

4.Jenjang frekuensi obstruen

Bunyi hention   : Dental/Alveolar > Labial > Velar > Palatal > Uvular
Afrikat               : Palatal > Dental/Alveolar > Labial > Velar
         Frikatif     :Dental/Alveolar (sentral) > Labial > Palatal > Velar >        Uvular/Faringeal > Dental/Alveolar (lateral)?Retrofleks.

(Frikatif dan bunyi hentian glotal tak termasuk di sini, karena merek tidak termasuk dalam telaah Nartey. 'Palatal' untuk afrikat dan frikat mungkin penggabungan paling tidak 'palatal dan palato alveolar'; dan 'dental/alveolar' untuk frikatif menggabungkan dalam berbagai macam jenis /s/ dan /θǒ/ yang jarang. Sebagai dugaan kasar, berpendapat /?/ mungkin sama umumnya dengan bunyi hentian uvular, dan frikat glotal agak lebih umum daripada retrofleks: tetapi ini perlu dibuktikan).

Pengamatan-pengamatan ini menggambarkan bahwa secara linguistis silang :

  1. Daerah dental/alveolar 'lebih disukai', (kecuali untuk afrikat), dalal hal jika satu bahasa hanya memiliki satu tempat artikulasi untuk suatu jenis obstruen dan ini yang paling mungkin didapati.
  2. Bunyi tak bersuara lebih sering disukai bagi obstruen dalam pengertian yang sama mayoritas bahasa apapun nampaknya banyak memili bunyi tak  bersuara, dan ada kecenderungan untuk menjadi bunyi bersuara tak-bersuara.

Pengertian istilah 'lebih disukai' dan 'mungkin' memerlukan beberal penjelasan: Dari satu sudut pandang, nilai terbesar dari secara statistik adalah untuk memungkinkan kita bisa msembuat sesuatu, seperti indeksumum 'keganjilan bahasa'. Penilaian seperti itu sebagian berguna untuk mempertajam perkiraan kita bilarmana kita bertemu dengan bahasa-baha: yang baru. Dengan mengingat bahwa ini fonemik -bukan fonetik, misalnya, jika suatu bahasa secara fonetik memiliki frikatif faringeal atau bunyi hentian uvular,lebih baik dicirikan sebagai suatu bentuk alofon yang bukan alofon prime (Contoh, banyak ragam bahasa Inggris memiliki alofon uvular dari bunyi hentian velar sebelum bunyi vokal belakang rendah, dan alofon faringeal da /h/ pada situasi yang sama.

Tetapi ada peringatan penting: 'sepertinya' harus digunakan denga 'kaitan' genetik dan wilayah. Yaitu banyak distribusi linguistik silang mnunjukkan gugus lokal yang sangat kuat pertentangannya. Misalnya, faringeal umumnya jarang sekali ditemui, sebaliknya terdapat konsentrasi yang tinggi pada bahasa Semit, Kaukasia, dan beberapa bahasa Indian-Amerika; sementara bunyi hentian bersuara embus secara umum jarang ada, bunyi-bunyi ini umum didapati dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa di India dan dalam ragam bahasa Dravida di lingkungan masyarakat berkasta tinggi yang banyak menyerap bahasa-bahasa lain secara ekstensif. Kenyataannya, satu ciri dari kelompok genetik dan kelompok wilayah adalah cara mereka berkumpul pula'keganjilan': contoh menyolok adalah penyempitan bunyi ceklik fonetik pada sebagian bahasa Afrika Selatan. Jadi apa yang jarang secara universal bisa jadi merupakan suatu yang umum pada suatu wilayah atau kelompok bahasa.

Sonoran
Bunyi sengau
Konsonan nasal atau sengau adalah fonem yang direalisasikan melalui bantuan rongga hidung.
Dalam kebanyakan bahasa, fonem nasal yang paling banyak dijumpai adalah
  • /m/ (labial atau bibir, dilambangkan dengan huruf [m])
  • /n/ (dilambangkan dengan huruf [n])
  • /ɲ/ (dilambangkan dengan huruf [ñ] atau digraf [ny])
  • /ŋ/ (biasanya dilambangkan dengan digraf [ng])
Terdapat pula beberapa fonem nasal lainnya yang relatif jarang dijumpai.

Kecenderungan terhadap artikulasi alveolar/dental lebih menyolok pada sonoran daripada obstruen, tetapi kecenderungan bunyi adalah sebaliknya. Ini bisa menjadi batasan linguistik silang dari ciri [tobs]: tipe segmen yang secara statistik menunjukkan kekerapan untuk bunyi tak bersaudara adalah obstruen, yang menunjukkan kekerapan untuk bunyi bersuara adalah sonoran. Ini akan menghasilkan kecenderungan, sebagai contoh, untuk menggolongkan frikatif sebagai obstruen.

Untuk bunyi sengau, sekaligus telaah Nartey (1979) adalah yang paling lengkap. Sesuai dengan data Nartey, hampir semua bahasa memiliki bunyi sengau 'primer' - bunyi hentian sengau pulmonik yang bersuara dan tidak diartikulasikan. Ada delapan dalam sampel Nartey dan tak satuptun terdapat dalam bahasa quileute dari Amerika Utara, bahasa-bahasa Rotakas di Fasifik Selatan, dan Apinaye di Amerika Selatan. Bahasa- bahasa ini pernah memiliki bunyi sengau yang sekarang telah menghilang dalam penggunaan. Jika semua bahasa yang tanpa bunyi sengau bisa dibuktikan, ini akan merupakan kasus yang agak aneh dari unsur bahasa yang hilang secara 'universal' - satu unsur yang harus ada dalam bahasa-bahasa alamiah dan sekarang tidak ada lagi.

Di luar beberapa kasus yang aneh, umumnya bahasa memiliki paling sedikit satu bunyi sengau, yang paling sering /n/. Jika ada dua, kemungkin; berikutnya adalah /m/ (lihat distribusi dasar frikatif: /s/, fs/). Jika ada tiga pola yang dominan adalah /m n r / (bandingkan dengan bunyi hentian oral), meskipun ada juga yang lain. Beberapa sistem dengan satu, dua, dan tiga bunyi sengau :
               

                n                         η                              m


Sistem yang memiliki 4 bunyi sengau atau lebih membentangkan kontras dengan cara hampir sama sebagaimana pada bunyi hentian dan frikatif.Bunyi sengau bisa juga memiliki artikulasi sekunder, kontras suara (meskipun bunyi sengau fonemik yang tak bersuara itu jarang), juga panjan dan kontras artikulasi rangkap.

Implikasi linguistik silang sama dengan apa yang terdapat pada obstruet umumnya, komplisitas menyiratkan kesederhanaan, bunyi tak bersuara menyiratkan bunyi bersuara jenjang frekuansinya adalah :

   Dental/alveolar > labial > velar > palatal>retrofleks>Uvular
7.6.5 Sonoran 2: 'bunyi alir'
'Bunyi alir' mencakup satu perangkat segmen yang tidak sejenis, terutama aproksiman lateral dan 'r', yaitu bunyi-bunyi getar post- alveolar dan alveolar, bunyi-bunyi sentuh, dan aproksiman, dan kadang-kadang frikatif, dan beberapa
bunyi getar velar dan uvular, frikatif dan aproksiman. (Apakah suatu frikatif termasuk obstruen atau bunyi alir adalah masalah analisis fonologikal: /x/ bahasa Jerman termasuk bunyi alir dengan /1/ karena distribusinya dan ciri fonologikal lain).

Telaah tentang bentuk bunyi alir yang paling lengkap dilakukan oleh Maddieson (1980a). Sayangnya studi ini hanya merupakan angka-angka statistik, dengan sedikit sckali penjelasan selain hanya data frekuensi linguistik silang dan sedikit penjelasan khusus. Tetapi jumlah sampel yang digunakan besar (321 bahasa) dan hasil temuannya menarik. Saya akan memaparkan hasilnya secara garis besar, dan menggambarkan jenis jenis utamanya - termasuk beberapa yang tidak dia sebutkan - dari sumber-sumber lain.

Data Maddieson memberi rampatan utama seperti berikut ini:

  1. Bahasa dengan satu atau lebih bunyi alir biasanya memiliki paling sedikit satu bunyi lateral dan kontras lateral non-lateral.
  2. Suatu bahasa yang memiliki satu atau lebih lateral, memiliki aproksimai lateral bersuara.
  3. Bahasa dengan dua atau lebih lateral 'mungkin dikontraskan mereka apakah dalam cara atau suara, tetapi tidak kedua-duanya.
  4. Bahasa yang memiliki jenis -r dua atau lebih mungkin tidak kontra; pada tempat artikulasi saja (tidak seperti lateral).
  5. Bunyi alir dengan alofon lateral dan non-lateral paling mungkin memiliki system bunyi alir

Sonoran
Semivokal

Istilah-istilah ini mengacu pada bentuk /j w/ yang kita kenal muncul dalam begitu banyak bahasa, termasuk aproksiman labial-palatal / q/, labio dental / u /, dan velar / W / yang kurang banyak ditemui. Selain / u /, bunyi-bunyi ini tergolong sebagai 'vokal tinggi' dalam fungsi konsonantal.
Hal yang paling penting nampaknya sebagai berikut:
a.       90% bahasa yang dijadikan sampel memiliki satu aproksiman vokoid atau lebih. Di antara bahasa-bahasa yang langka tidak memiliki vokoid adalah bahasa-bahasa Chipewy, Crow dan bahasa Samoan.
b.      Mayoritas terbesar (86%) memiliki /j/; lebih memiliki /w/.
c.       Tidak terdapat hubungan implikasi yang tampak /j/ dan /w/, meskipun 71% sampel memiliki kedua-duanya.
d.      Bentuk-bentuk lain jarang didapati. Jenjang preferensi nyata berbeda dengan semua jenis segmen yang


DAFTAR PUSTAKA

Lass, Roger (1984 ). Phonologi. Semarang : IKIP Semarang Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar