Label

FEATURE (1)

Minggu, 24 Juni 2012

SEJARAH SASTRA


LAPORAN BACAAN



OLEH :
INDRI YULIANA
1005113104


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010


A.   IDENTITAS BUKU

Judul                     : Ikhtisar Kesusasatraan Indonesia Modern
Nama pengarang   : Pamusuk Eneste 
Penerbit                : Djambatan
Tahun terbit           : 1988
Jumlah halaman     : VIII + 190 halaman
Warna cover         : Biru

B.   LAPORAN BACAAN

Seperti judul buku ini “ Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern “ maka disini akan dijelaskan sejarah kesusastraan itu lahir atau terbentuk. Pada bab pertama buku ini menjelaskan kapan kesusastraan Indonesia itu lahir melalui 3 versi. Umar Junus berpendapat.sastra ada sesudah bahasa ada. “ sastra X ada sesudah bahasa X ada”. Dan karna bahasa Indonesia baru ada tahun1928 ( dengan adanya sumpah pemuda ), maka Umarpun berpendapat kesusastraan itu lahir pada tanggal 28 oktober 1928. Dan karya sastra yang terbit sebelum tahun 1928 tidaklah dapat digolongkan sebagai hasil satra Indonesia, melainkan hanya sebagai hasil sastra melayu saja.

Pendapat Umar itu tidak disetujui oleh Ajip Rosidi, karena menurut Ajip bahasa tidak bisa dijadikan patokan sebagai kapan sastra itu ada. Karena, sebelum bahasa diakui secara resmi tentulah bahasa itu sudah ada dan digunakan sudah digunakan orang. Menurut Ajip yang seharusnya dijadikan patokan adalah kesadaran kebangsaan. Berdasarkan kasadaran kebangsaan inilah Ajip menetapkan lahirnya kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921 atau tahun 1922. Karena pada tahun itu para pemuda Indonesia seperti Muhammad Yamin,Sanusi Pane, dan lain-lain. Yang sifatnya tegas berbeda dangan sastra melayu.

A.Teeuw berpendapat beda lagi, tetapi tahunnya hampir sama dengan Ajip yaitu tahun 1920. Katanya pada ketika itulah para pemuda indonesia untuk pertama kali mulai menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat setempat yang tradisional dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Dan pada tahun itulah para pemuda menulis puisi baru Indonesia.

Dan ada juga pendapat kesusastraan indonesia lahir pada tahun 1920 karena pada tahun inilah terbit novel Mirari Siregar yang berjudul Ajab dan Sensara.

***

Kesusastraan Indonesia Modern tidak bisa dilepaskan dari balai pustaka seperti balai pustaka tidak bisa pula dilepaskan dari pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan Komisi untuk Bacaan Sekolah Pribumi dan Bacaan Rakyat yang ditujukan untuk memerangi bacaan liar yang banyak beredar pada awal abad ke-20 dan juga untuk memerangi penyebaran ideologi tertentu. Karena tugas komisi tadi terlalu banyak, pada tahun 1917 pemerintah kolonial Belanda mendirikan Kantor bacaan rakyat yang diberi nama Balai Pustaka.
Balai Pustaka banyak berperan, ditandai dengan adanya novel-novel awal sastra Indonesia yang banyak diterbitkan oleh balai pustaka. Zaman keemasan Balai Pustaka adalah sekitar tahun 1948 hingga pertengahan tahun 50-an, yakni ketika balai pustaka dipimpin oleh K.St.Pamoentjak. pada tahun-tahun ini balai pustaka kembali mendominasi penerbitan buku-buku sastra yang sempat menurun pada masa pemerintahan Jepang karana balai pustaka menjadi organ pemerintahan Jepang.

“Angkatan Balai Pustaka “, istilah ini muncul di tunjukan pada pengarang-pengarang yang menerbitkan karyanya melalui Balai Pustaka pada tahun20-an. Diantara pengarangnya yaitu Mirari Siregar dengan novelnya Ajab dan Sengsara, Merah Rusli dengan Siti Nurbayanya, Abdul Muis dengan asuhannya, dan banyak lagi. Dimana ciri-ciri hasil karangannya nemceritakan kawin paksa.

***

Buku ini juga menjelaskan juga mengenai Majalah Kebudayaan di Indonesia. Sejarah kesusastraan Indonesia modern justru ditandai dengan timbul tenggelamnya sejumlah majalah kebudayaan Indonesia. Tahun 30-an kita hanya mengenal majalah Pujangga Baru yang didirikan oleh S.Takdir Alisjahbana. Yang terbit pertama kali bulan juli 1933. Karena banyaknya pengarang Indonesia yang mengirimkan karyanya ke majalah Pujangga Baru dan karena arah sastra banyak ditantukan oleh majalah ini, maka pengarang-pengarang itu dianggap sebagai suatu kelompok pengarang dengan corak tertentu dan diberi nama “Angkatan Pujangga Baru”. Diantara para pengarang pujangga baru yaitu Armijn Pane, Amir Hamzah, Sanusi Pane dan banyak lagi. S.Takdir A. Terkenal juga dengan novel layar terkembangnya.

***
Masih ada pengarang angkatan pujangga baru yang perlu kita ketahui. Pengarang itu ialah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin dijuluki “ raja penyair pujaga baru”, yang secara kebetulan S.T.Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah adalah tiga serangkai pandiri majalah Pujagga Baru pada tahun 1933. Salah satu sajak Amir Hamzah yang terkenal ialah “Padamu Jua” bunyinya seperti:

PADAMU JUA

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jedela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Serba setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Ridu rasa
Rindu rupa

Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati...

Itulah sepenggalan dari puisi Amir Hamzah.

Pada tahun 40-an tokoh sentral yang muncul dalam sastra Indonesia adalah Chairil Anwar. Chairil mulai mengumumkan sajak-sajaknya tahun1942. Ia dilahirkan 26 Juli 1922 di Medan. Dan meninggal 28 April 1949 di Jakarta. Bersama rekannya Chairil mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka”. Salah satu sajak Chairil Anwar adalah:

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kuliku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisakubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Karya inlah yang menjadikan Chairil disebut “ penyair binatang jalang “. Hasil karya Chairil inilah yang berbuda baik bentuk maupun isinya dari puisi-puisi yang ditulis oleh penyair lainnya. “kebaruan” dalam persajakan inilah yang menyebabkan H.B. Jassin menyebutkan bahwa angkatan 45 dalam kesusastraan Indonesia dipelopori oleh Chairil Anwar.

Banyak panyair yan manolak kebaruan ini, seperti S.T. Alisjahbana menolak perbedaan angkatan-angkatan sebelum dan sesudah perang. Kelompok Lekra pun ikut menyerang Chairil dan mengatakan sajak-sajak Chairil tidaklah sajak angkatan 45 menurut isinya. Tak kurang Bakri Siregar ( ketua sastra Lekra) memgatakan” badan Chairil segar bugar dan air matanya buaya, pada matinya memang badan Chairil remuk, tetapi justru tadak ber- Tuhan,meski di kubur secara islam.
Ternyata mereka tidak bisa membendung kebebasan Chairil. Sejarah membuktikan bahwa ia penyair besar Indonesia. Ternyata Chairil sendiri sudah memikirkan apa yang sudah terjadi. Ia berkata:
1.    “ Nanti kalau Aku sudah meninggal, mereka akan mengerti. Meraka akan memujaku, meraka akan mematungkan diriku”.
2.      “ Orang selalu salah sangka, tapi meraka akan menyesaldi hari kemudian, karnaku sanggup membuktikan bahwa karyaku ini berharga tinggi”.
***
Sekarang kita membicarakan sebuah pernyataan sikap yang terkenal dengan sebutan “ surat kepercayaan gelanggang”(SKG). SKG itu sendiri adalah bentuk pernyataan sikap yang didirikan 19 November 1945 di Jakarta ( sewaktu Chairil masih hidup). Di dalam “Gelanggang Seniman Merdeka” tergabung penngarang dan pelukis Indonesia. Seperti Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Sitor sitomorang dan lain lai. Gelangang diambil dari nama ruplik kebudayaan majalah kebudayaan Siasat. Rubrik ini diisi oleh Chairil Anwar. Asrul Sani, dan Rivai Apin. SKG itu sendiri diasuh oleh Asrul sani tanggal 18 Februari 1950, akan tetapi diumumkan tangal 23 Oktober 1950 di majalah Siasat. Dengan kata lain SKG dibuat dan diumumkan setalah Chairil Anwar meninggal dunia. SKG itu menceritakan tentang bagaimana wujud pernyataan hati dan pikiran para seniman. Meraka memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat, yang mengetahui adanya keterkaitan antara masyarakat dan seniman.
Kelompok seniman dan budayawan yang tidak setuju dengan SKG ini dikenal dengan Kelompok Kebudayaan Rakyat (Lekra). Yang kemudian kita tahu berkiblat kepada partai komunis Indonesia (PKI). Seluk beluk lekra yaitu:
1.  Disamping sebagai organisasi kebudayaan, lekra juga dapat dianggap sebagai koriksi terhadap surat kepercayaan gelangang.
2.    Lekra, terutama setelah dekrit presiden 1959, banyak mewarnai kehidupan kebudayaan di Indonesia, termasuk sastra Indonesia.
3.     Lekra masih ada kaitanyya dengan lahirnya manifes kebudayaan tahun 1963 dan kemudian masih ada hubunganna dengan lahirnya Angkatan 66 dalam sastra Indonesia.
Lekra bekerja khusus di lapangan kebudayaan, dan untuk masa ini terutama lapangan kesenian dan ilmu, lekra menghimpun tanaga dan kegiatan seniman-senimanya, sarjana-sarjana pekerja-pekerja kebudayan lainnya. Lekra mengajak pekerja-pekarja kebudayaannya untuk dengan sadar mengapdikan daya-cipta, untuk kemajuan Indonesia.
Meskpun jelas bahwa lekra berorientasi pada pihak komunis, banyak juga pengarang-pengarang Indonesia terjebak masuk kedalamnya. Lekra memang sering memberikan fasilitas kepada pengarang-pengarang Indonesia, misalnya menjadi sponsor pengiriman pengarang keluar negri.
***


Pada tahun 50-an muncul sejumlah pengarang Indonesia yang tidak lazim lagi digolongkan pada angkatan 45, sehingga digolongkan pada angkatan 50, ciri-ciri hasil karangan ini berupa cerpen dan beberapa sajak-sajak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar